Selayang Pandang UKM JQH al-Mizan
Unit Kegiatan Mahasiswa Jam'iyyah al-Qurra' wa al-Huffazh al-Mizan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merupakan sebuah unit kegiatan mahasiswa yang bergerak di bidang pengembangan seni dan kajian al-Qur'an. UKM JQH al-Mizan terdiri dari lima divisi yaitu:
- Divisi Tilawah
- Divisi Tahfizh
- Divisi Tafsir
- Divisi Kaligrafi
- Divisi Shalawat
Sejarah dan Perkembangan
Tahun 1998 merupakan tahun bersejarah bagi bangsa Indonesia, dimana aliansi mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia menuntut presiden masa itu (Soeharto) turun dari jabatannya karena cenderung monarki dan nepotisme. Dalam catatan sejarah, tahun 1998 dikenal masa transisi kepemimpinan dari masa Orde Baru menuju masa reformasi. Bersamaan dengan masa itu, dikala rakyat Indonesia secara kesuluruhan menghendaki perubahan, disaat itu pula muncul di lingkungan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kehendak untuk perubahan, yaitu kehendak untuk pengembangan jiwa spritual mahasiswa bernuansa keislaman. Maka didirikanlah sebuah organisasi keagamaan di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang membidangi minat dan bakat mahasiswa. Oraganisasi ini bernama Jam’iyyah al-Qurra’ wa al-Huffadz (JQH) al-Mizan. Setelah melalui raker dengan dibuatnya AD/ART yang bertempat di Bantul, suatu tempat bagian Selatan Yogyakarta, organisasi ini disahkan melalui SK rektor oleh Prof. Dr Atho’; dan ditetapkan sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1998 di bawah pengawasan Pembantu Rekror III. Terbentuknya JQH al-Mizan tentu tidak terlepas dari kegelisahan segelintir mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga yang menginginkan adanya organisasi minat dan bakat dalam bidang seni qurani. Awal berdiri, setelah ditetapkan sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), JQH al-Mizan diketuai oleh Ujang Shihabuddin dengan memfokuskan keilmuan dalam bidang qiroah, tahfidz, dan tafhim.
Tentu penamaan al-Mizan tidak sekedar simbolisasi sebuah nama organisasi saja, dan tidak pula tanpa adanya arti filosofis. Secara literlek, al-Mizan berarti timbangan atau istilah lain pengukur keseimbangan. Oleh karena itu, organisasi ini dinamakan al-Mizan dimaksudkan sebagai penyeimbang perjalanan mahasiswa IAIN agar tidak terlalu jauh melepaskan diri dari budaya keilslaman serta tidak menjauh dari kultur akademik modern pada waktu itu.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan awal berdirinya JQH al-Mizan meliputi seni baca al-Qur’an (tilawah), mengasah kemampuan menghafal al-Qur’an (tahfidz), dan olah pikir untuk memahami al-Qur’an (tafhim). Dari ketiga kegiatan tersebut terus mendapat pembinaan dari orang-orang berkompeten dibidangnya: tilawah dengan pembina Mohammad Nur, tahfidz dengan pembina Sukamto, dan tafhim dengan pembina Malik Madani. Akan tetapi tidak lama kemudian, setelah pergantian ketua dari Ujang Shihabuddin ke Mohammad Irohan pada tahun 1999-2001, pembina dirampingkan menjadi satu pembina. Pada periode ini pembina al-Mizan adalah Malik Madani hingga enam periode berikutnya.
Kebutuhan akan pengembangan minat dan bakat mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga senantiasa terus menjadi tuntutan secara keseluruhan. Banyaknya mahasiswa yang memiliki kemampuan seni menulis al-Qur’an menjadi tuntutan untuk dibentuknya wadah pengembangan seni tulis al-Qur’an di bawah naungan JQH al-Mizan. Maka, pada tahun 2001-2002 dengan ketua umum Ahmad Fauzan dibentuklah wadah pengembangan seni tulis al-Qur’an, yaitu divisi kaligrafi. Di samping beberapa faktor yang mendukung adanya difasilitasi dengan menciptakan wadah khusus, agar bisa berkembang dengan maksimal sesuai dengan harapan. Selain itu, juga karena faktor dari berbagai macam event seperti MTQ yang didalamnya terdapat perlombaan kaligrafi. Oleh karena itu, penentuan pengurus dan program pelatihan serta pengembangan di bidang ini dirasa sangat penting.
Selain penambahan divisi kaligrafi, pada tahun 2001-2002 terjadi perubahan istilah pada divisi tafhim menjadi divisi tafsir. Perubahan ini, didasarkan atas perubahan orientasi pembelajaran yang mengarah pada metodologi penjelasan makna-makna al-Qur`an secara sistematis. Hal ini juga terpengaruh oleh perkembangan wacana ke al-Qur`anan yang berkembang di Fakultas Ushuluddin secara khusus dan kampus IAIN pada umum.
Masa kepengurusan tahun 2003-2004 yang diketuai oleh M Burhanuddin, terjadi pula penambahan divisi yaitu divisi sholawat. Wacana tentang pembentukan divisi baru ini berkembang dalam divisi tilawah, dimana notaben anggotanya memiliki kemampuan dan bakat bersenandung kalimat-kalimat thayyibah dengan diiringi musik tradisional. Sehingga wacana pembentukan divisi ini akhirnya diwujudkan dalam sebuah wadah tersendiri, yang bertujuan untuk pengembangan kreatifitas mahasiswa dalam bidang shalawat tradisional.
Setelah berjalan beberapa tahun, pada masa kepengurusan tahun 2004 sampai 2013 organisasi ini tidak lagi terjadi penambahan divisi ataupun perubahan nama dalam struktur organisasi. Lima divisi dengan karakter dan progam kerja yang berbeda-beda sudah terasa besar dalam sebuah kepengurusan di UKM JQH al-Mizan.
Tampak Prof. Dr. Atho' Mudzhar (Rektor IAIN Sunan Kalijaga) Sedang bersalaman dengan Dr. KH. Malik Madani (Pembina al-Mizan) dan para anggota UKM JQH al-Mizan |
Tentu penamaan al-Mizan tidak sekedar simbolisasi sebuah nama organisasi saja, dan tidak pula tanpa adanya arti filosofis. Secara literlek, al-Mizan berarti timbangan atau istilah lain pengukur keseimbangan. Oleh karena itu, organisasi ini dinamakan al-Mizan dimaksudkan sebagai penyeimbang perjalanan mahasiswa IAIN agar tidak terlalu jauh melepaskan diri dari budaya keilslaman serta tidak menjauh dari kultur akademik modern pada waktu itu.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan awal berdirinya JQH al-Mizan meliputi seni baca al-Qur’an (tilawah), mengasah kemampuan menghafal al-Qur’an (tahfidz), dan olah pikir untuk memahami al-Qur’an (tafhim). Dari ketiga kegiatan tersebut terus mendapat pembinaan dari orang-orang berkompeten dibidangnya: tilawah dengan pembina Mohammad Nur, tahfidz dengan pembina Sukamto, dan tafhim dengan pembina Malik Madani. Akan tetapi tidak lama kemudian, setelah pergantian ketua dari Ujang Shihabuddin ke Mohammad Irohan pada tahun 1999-2001, pembina dirampingkan menjadi satu pembina. Pada periode ini pembina al-Mizan adalah Malik Madani hingga enam periode berikutnya.
Suasana Rapat Kerja Pengurus Pertama |
Kebutuhan akan pengembangan minat dan bakat mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga senantiasa terus menjadi tuntutan secara keseluruhan. Banyaknya mahasiswa yang memiliki kemampuan seni menulis al-Qur’an menjadi tuntutan untuk dibentuknya wadah pengembangan seni tulis al-Qur’an di bawah naungan JQH al-Mizan. Maka, pada tahun 2001-2002 dengan ketua umum Ahmad Fauzan dibentuklah wadah pengembangan seni tulis al-Qur’an, yaitu divisi kaligrafi. Di samping beberapa faktor yang mendukung adanya difasilitasi dengan menciptakan wadah khusus, agar bisa berkembang dengan maksimal sesuai dengan harapan. Selain itu, juga karena faktor dari berbagai macam event seperti MTQ yang didalamnya terdapat perlombaan kaligrafi. Oleh karena itu, penentuan pengurus dan program pelatihan serta pengembangan di bidang ini dirasa sangat penting.
Selain penambahan divisi kaligrafi, pada tahun 2001-2002 terjadi perubahan istilah pada divisi tafhim menjadi divisi tafsir. Perubahan ini, didasarkan atas perubahan orientasi pembelajaran yang mengarah pada metodologi penjelasan makna-makna al-Qur`an secara sistematis. Hal ini juga terpengaruh oleh perkembangan wacana ke al-Qur`anan yang berkembang di Fakultas Ushuluddin secara khusus dan kampus IAIN pada umum.
Masa kepengurusan tahun 2003-2004 yang diketuai oleh M Burhanuddin, terjadi pula penambahan divisi yaitu divisi sholawat. Wacana tentang pembentukan divisi baru ini berkembang dalam divisi tilawah, dimana notaben anggotanya memiliki kemampuan dan bakat bersenandung kalimat-kalimat thayyibah dengan diiringi musik tradisional. Sehingga wacana pembentukan divisi ini akhirnya diwujudkan dalam sebuah wadah tersendiri, yang bertujuan untuk pengembangan kreatifitas mahasiswa dalam bidang shalawat tradisional.
Setelah berjalan beberapa tahun, pada masa kepengurusan tahun 2004 sampai 2013 organisasi ini tidak lagi terjadi penambahan divisi ataupun perubahan nama dalam struktur organisasi. Lima divisi dengan karakter dan progam kerja yang berbeda-beda sudah terasa besar dalam sebuah kepengurusan di UKM JQH al-Mizan.
Visi dan Misi
Dalam sebuah organisasi tentu mempunyai visi dan misi tertentu demi tercapainya tujuan yang diinginkan sesuai harapan. Begitu juga dengan JQH al-Mizan, setelah diresmikan menjadi UKM di kampus IAIN Sunan Kalijaga, para pendiri mengadakan raker yang tentunya membahas visi dan misi al-Mizan. Adapun visi dan misi al-Mizan adalah:
Visi
Visi
“Terciptanya masyarakat kampus yang berjiwa Qur’ani”
Misi
“Membentuk kepribadian mahasiswa yang berakhlak al-karimah dan berwawasan Qur’ani”
Demi terlaksananya visi dan misi tersebut, JQH al-Mizan menyiapkan kebutuhan anggotanya dengan kegiatan yang bernuansa Qura`ni. Di antaranya mengadakan berbagai kegiatan pendukung selain latihan rutin. Kegiatan tersebut tidak hanya menjadi progam kerja ataupun rutinitas, tetapi semua anggota diharapkan mampu memperoleh makna positif dari setiap kegiatan tersebut. Kesenian al-Qur`an diyakini sebagai salah satu media atau cara untuk menemukan ruh cinta kepada Allah dan Rasul Nya. Maka, dengan sering melakukan ritual kesenian al-Qur`an, organisasi ini menargetkan sikap pengembangan, dakwah, istiqamah, kekeluargaan, senasib seperjuangan dalam mengamalkan dan mensyiarkan al-Qur`an kepada masyarakat kampus dan masyarakat umum.
Lambang
Lambang UKM JQH al-Mizan |
Lambang ini merupakan lambang terbaru hasil Musyawarah Tahunan Anggota (MUSYTAG) ke XIII yang dilaksanakan pada 3-5 Mei 2013 di Pondok Pesantren Nurul Huda, Pokoh, Banyurejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta.
Berbicara mengenai lambang suatu organisasi, tentu pembuatannya mempunyai makna dan tujuan tertentu yang merupakan wujud dari cita-cita organisasi tersebut. Adapun filosofi dari lambang al-Mizan adalah:
Berbicara mengenai lambang suatu organisasi, tentu pembuatannya mempunyai makna dan tujuan tertentu yang merupakan wujud dari cita-cita organisasi tersebut. Adapun filosofi dari lambang al-Mizan adalah:
- Bentuk segilima melambangkan rukun Islam
- Garis lengkung berwarna kuning bermakna berkembang
- Al-Qur’an dengan keadaan terbuka berwarna putih di atas bermakna bahwa al-Qur’an adalah simbol utama.
- Background warna biru langit bermakna alam semesta
- Bumi bergaris berwarna hijau bermakna dunia yang aktif dengan alasan manusia sebagai khalifah melebihi makhluk Allah lainnya.
- Pita berwarna kuning dibawah dengan tulisan "Khairukum Man Ta'allama al-Qur'ana wa 'Allamahu" berwarna hitam bermakna potensi dasar manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi
- Al-Qur'an di atas bumi bermakna membumikan al-Qur'an
- Tulisan Jam’iyyah al-Qurra’ wa al-Huffazh ”al-Mizan” UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berbentuk melingkar berwarna putih.
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Garis Besar Program Kerja ini merupakan hasil dari Musyawarah Tahunan Anggota (MUSYTAG) ke XIII yang dilaksanakan pada 3-5 Mei 2013 di PP. Nurul Huda, Pokoh, Banyurejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta.
Bagi kawan-kawan Mizanuna yang ingin mengetahuinya lebih lanjut silahkan unduh disini.
Bagi kawan-kawan Mizanuna yang ingin mengetahuinya lebih lanjut silahkan unduh disini.
betmatik
BalasHapuskralbet
betpark
tipobet
slot siteleri
kibris bahis siteleri
poker siteleri
bonus veren siteler
mobil ödeme bahis
00NDH5
betmatik
BalasHapuskralbet
betpark
tipobet
slot siteleri
kibris bahis siteleri
poker siteleri
bonus veren siteler
mobil ödeme bahis
MTFAR
canlı sex hattı
BalasHapushttps://girisadresi.info/
heets
salt likit
salt likit
NE6Y